KENDAL, Lingkarkendal.com – Para nelayan di Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal, mengeluhkan bangkai kapal yang karam di muara setempat sejak 4 Desember 2024 lalu yang hingga saat ini belum dievakuasi.
Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan Kecil Rowosari, Jumari, mengatakan bahwa bangkai kapal yang hingga saat ini belum dievakuasi itu menghambat keluar masuknya kapal-kapal nelayan menuju tempat pelelangan ikan (TPI) Tawang. Bahkan, tidak sedikit kapal nelayan yang rusak akibat tersangkut puing-puing dari bangkai kapal tersebut.
“Kejadiannya ‘kan sudah sekitar tiga minggu. Otomatis bangkainya terkena gelombang dan pasir ‘kan jadi tertimbun. Tapi masih ada puing-puingnya. Nah itu jadi menghambat kapal nelayan, apalagi tiap jam sebelas sampai jam satu siang itu waktunya nelayan pulang,” terang Jumari di Kendal pada Kamis, 26 Desember 2024.
Ia menyebut, kondisi di muara sungai yang penuh dengan endapan lumpur yang menyebabkan pendangkalan menambah kesulitan keluar masuknya kapal nelayan. Bahkan, sejumlah kapal tertahan di muara sungai dan tidak bisa bergerak.
“Sampai hari ini sudah hampir sekitar delapan kapal yang terkena imbasnya. Kita sudah hati-hati tapi kalau ada gelombang ‘kan nelayan ingin cepat-cepat masuk ke sungai. Waktu itu ada kapal nelayan yang kipasnya nyangkut di sisa-sisa payang,” ungkapnya.
Jumari berharap, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kendal maupun Pemerintah Provinsi Jawa Tengah secepatnya bisa segera mengevakuasi bangkai kapal yang karam tersebut.
“Harapannya bangkai kapal itu cepat-cepat diambil biar tidak menghambat kapal lain. Kemarin dari Dinas Kelautan dan Perikanan provinsi dan Kabupaten Kendal juga bilangnya akan segera mengevakuasi bangkai kapal itu. Tapi sampai saat ini belum terealisasi,” tambahnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Kendal, Hudi Sambodo, mengatakan bahwa Pemkab Kendal akan segera mengevakuasi bangkai kapal tersebut dengan berencana meminta bantuan dari PT Kayu Lapis Indonesia.
“Untuk mesin itu sudah dievakuasi, namun bangkai kapal ini ‘kan belum dan tertimbun pasir. Sehingga, bisa mengganggu aktivitas dari nelayan lain yang akan keluar dan masuk menuju TPI,” ujarnya.
Ia mengimbau agar para nelayan lebih berhati-hati dan bersabar. Menurutnya, evakuasi kapal karam ini tidak bisa dilakukan sembarangan dan butuh teknik maupun biaya yang tidak sedikit.
“Karena memang yang namanya kapal karam ini untuk ngangkat butuh biaya, butuh operasional dan teknik yang tepat. Sehingga jangan sampai sembarangan dan sembrono, karena kapal karam ini tertimbun pasir, kalau ditarik juga tidak mudah,” pungkasnya. (Lingkar Network | Arvian Maulana – Lingkarkendal.com)