PATI, LINGKAR – Fakta baru terkuak di tengah permasalahan truk dump Over Dimensi Over Load (ODOL) yang beroperasi di jalur Tayu-Puncel. Pasalnya, truk yang saat ini mengangkut batu andesit dari lokasi tambang justru didominasi oleh kendaraan luar daerah Dukuhseti. Hal itu justru membuat sopir truk Dukuhseti hanya bisa gigit jari.
Seperti yang dikeluhkan Darto, salah satu sopir truk dump asal Desa Puncel, Kecamatan Dukuhseti belum lama ini. Bahkan menurutnya, banyak kejadian yang dinilai merugikan sopir truk dump lokal.
“Bagaimana tidak, kami dalam sehari kadang hanya diberi muatan satu rit saja. Sementara truk-truk yang dari luar bebas beroperasi,” ungkapnya.
Darto mengakui kalau bak truk mereka memang kalah ukuran daripada truk yang berasal dari luar daerah.
“Dan rata-rata usia truk dump kami memang lebih tua,” imbuhnya.
Supri Truk Dukuhseti Bentuk Paguyupan Sopir
Darto juga menjelaskan, ia bersama para sopir truk dump lokal yang senasib sepakat akan segera membentuk Paguyuban Dump Pati Utara atau disingkat Pandara.
“Total ada sekitar 60 sopir dump yang telah bergabung. Dan ke depan bakal beranggotakan seratus lebih sopir truk dump asal Dukuhseti yang siap bergabung. Kalau ditambah yang dari Tayu mungkin akan lebih banyak lagi. Intinya, kami siap menaati aturan yang ada namun harus ada juga solusi untuk kami,” tutur Darto.
Camat Dukuhseti Pasang Badan
Menanggapi hal itu, Camat Dukuhseti Agus Sunarko berjanji siap mempertaruhkan jabatan demi membela kepentingan warga.
“Saya bersedia mempertaruhkan jabatan, dan siap menjadi panglima selama itu untuk kepentingan rakyat. Namun harus dalam koridor hukum yang berlaku,” tegasnya saat ditemui di tempat kerjanya.
Camat yang akrab disapa Agsun itu juga mengapresiasi jika para sopir akan membentuk satu wadah. Karena hak berserikat tersebut juga dilindungi undang-undang. Harapannya, organisasi Pandara nantinya harus memberikan manfaat yang lebih besar bagi para sopir.
“Ini juga sebagai bentuk mewujudkan cita-cita rakyate kopen pejabate kajen. Karena prinsip pemerintah, tidak mungkin membuat peraturan yang justru merugikan warganya,” sambung Agsun.
Camat juga berpesan, adanya aksi turun ke jalan, jangan sampai membuat sopir truk lokal merasa diadu dengan warga.
“Justru ini menjadi momen untuk untuk membenahi semuanya. Sopir juga bisa bekerja dengan layak, namun masyarakat secara umum juga tidak dirugikan,” tutupnya. (LINGKAR NETWORK)