KENDAL, Lingkarjateng.id – Unsur kebudayaan lokal Indonesia tampak menjadi ciri khas bangunan pesantren Ndalem Wongsorogo di Desa Sarirejo, Kecamatan Brangsong, Kabupaten Kendal yang tidak dimiliki pesantren-pesantren lainnya.
Ndalem Wongsorogo yang digagas oleh penulis novel sekaligus penggiat budaya, Paox Iben Mudhaffar, memiliki arsitektur yang mirip dengan rumah adat khas Lombok yang biasa disebut lumbung alias tempat menyimpan padi.
Kiai Paox Iben, pria berambut gimbal yang sekaligus pemilik dan pengasuh pondok pesantren Ndalem Wongsorogo, ingin mengambil ruang berbeda dengan mencoba memadukan dan mengembalikan ruh pesantren sebagai kantin kebudayaan.
Sementara nama Ndalem Wongsorogo sendiri diambil dari pendiri Desa Sarirejo yang konon bernama Mbah Wongsorogo.
Latar belakang berdirinya Ndalem Wongsorogo bermula dari desakan saudara dan kerabat Kiai Paox Iben yang ada di Kaliwungu agar membuat pesantren dan rumah kebudayaan seperti yang ia dirikan di tempat tinggalnya sekarang, yakni di Lombok.
Alasan lain kehadiran Ndalem Wongsorogo karena Paox Iben ingin memanfaatkan rumah peninggalan neneknya yang telah lama kosong. Bangunan itu sudah berdiri lebih dari seratus tahun silam dan memiliki sejarah sebagai madrasah juga tempat latihan kesenian gamelan.
Ndalem Wongsorogo memang tidak terlihat seperti pesantren pada umumnya. Selain ditujukan sebagai tempat mengaji, kita akan diperlihatkan berbagai lukisan para ulama terkemuka, tokoh agama hingga lukisan seni rupa lainnya. Bahkan ada ruang barista yang dipergunakan para santrinya untuk belajar meracik kopi.
Paox Iben mengatakan, Ndalem Wongsorogo memberikan ruang bagi orang-orang sekitar, dari anak-anak hingga orang dewasa untuk mengaji setiap harinya. Tidak hanya orang sekitar, para santrinya juga banyak yang berasal dari luar Kabupaten Kendal.
“Misalnya anak-anak sama remaja tiap hari habis magrib ada ngaji Al-Qur’an biasa. Lalu ngaji mingguan, seminggu dua kali. Ada ngaji untuk anak muda seperti panduan bagaimana menjadi santri yang baik. Terus biasanya kalau ngaji di hari minggu kita ada pentas hadroh, latihan musik. Terus kalau hari rabunya kita klenengan, macapatan pakai gamelan,” paparnya.
Selain itu, di Ndalem Wongsorogo juga memiliki program kelas kreatif seperti seni rupa hingga barista kopi. Nantinya para santri juga akan diajarkan bagaimana cara memasarkannya.
Menurut Paox Iben, Kabupaten Kendal mempunyai potensi industri yang besar sehingga sumber daya manusianya perlu disiapkan dengan baik. Dan ilmu agama, wawasan kebudayaan serta pelatihan kreatif sangat berpengaruh dalam menunjang hal tersebut.
“Namanya wilayah industri itu pasti akan banyak pendatang, dan orang-orang lokal harus kita siapkan agar mampu bersaing. Ini yang menjadi inspirasi bagi kami,” ujarnya.
Berbeda dengan pesantren lainnya, Ndalem Wongsorogo di bawah naungan yayasan Yayasan Dar Al Mudhaffar tersebut terbuka untuk umum, bagi siapa saja yang ingin belajar agama, budaya, dan enterpreneur tanpa dipungut biaya. (Lingkar Network | Arvian Maulana – Koran Lingkar)