SEMARANG, Lingkar.news – Sejumlah mahasiswa dari berbagai kampus di Semarang menggelar aksi teatrikal sebagai bentuk protes dan penolakan tambang batu andesit di Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah. Aksi teatrikal yang diwarnai dengan orasi dan pembacaan puisi itu digelar di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah, pada Jumat, 2 Juni 2023.
Aksi teatrikal yang ditampilkan mahasiswa sebagai bentuk protes ini dilakukan dengan mengubur diri dengan tanah, semen, dan juga pasir. Dimana, di atas penguburan mahasiswa dengan tanah tersebut ditancapi beberapa kayu sebagai batu nisan dengan berbagai macam tulisan.
Aksi tersebut menunjukkan rasa peduli mahasiswa terhadap warga di Wadas. Karena adanya tambang andesit, warga di Wadas sering menjadi korban bencana banjir yang disebabkan oleh aktivitas pertambangan. Tak hanya itu, di Wadas juga sering terjadi kecelakaan ledakan, gempa, dan terancamnya air akibat aktivitas pertambangan panas bumi di Pegunungan Dieng.
Dari kayu-kayu yang ditancapkan di atas penguburan mahasiswa itu, tertulis poster “Lawan Galian C Perusak Alam!” “Tolak Ekspor Pasir Laut dan Tolak Tambang Eksploitasi Pasir Merapi!”.
Salah satu koordinator lapangan (Korlap) Aksi yang enggan menyebutkan namanya itu mengungkapkan, aksi teatrikal ini dilakukan, mengingat banyak warga Wadas yang tidak mau melepaskan tanahnya untuk dibuat lahan pertambangan batu andesit. Akan tetapi, masih banyak oknum yang memaksa dan terus mengancam agar tanah warga dilepas dan dijual.
“Itu adalah salah satu bentuk pratik kotor yang dipakai negara untuk merampas tanah-tanah warga. Warga sendiri tidak mau, tapi mereka memakai alat kekerasan negara, dan tidak mempan. Hingga mereka paksa memakai alat yang bernama mekanisme konsiliasi di persidangan,” ungkapnya.
Pihaknya pun mengaku, akan tetap konsisten menggelar aksi bersama teman-teman mahasiswa yang lain, meski tidak dalam skala demo yang besar.
“Kami dari berbagai mahasiswa dengan background kampus yang berbeda-beda, akan tetap konsisten dalam mengawal dan menolak pertambangan di Wadas. Terserah orang-orang yang ada di dalam Gedung Gubernur ini mau dengar apa tidak, yang terpenting kami sudah mencoba mengekspresikan unek-unek kita dalam berbagai macam bentuk,” tegasnya. (Lingkar Network | Rizky Syahrul Al-Fath – Koran Lingkar)