KENDAL, Lingkarjateng.id – Memasuki masa tanam padi, para petani di Desa Sendang Sikucing masih mengeluh kesulitan mendapatkan air untuk mengairi sawah mereka. Hal itu terjadi karena hujan masih langka, karena embung air di tempat mereka mangkrak.
Seperti yang diungkapkan salah seorang petani dari Desa Sendang Sikucing, Abdul Khamid. Menurutnya, embung air itu sebenarnya menjadi harapan untuk mempermudah pengairan sawah mereka saat hujan masih langka. Akibatnya, dia pun harus menyirami benih padi yang telah dia taburkan di lahan kering miliknya.
“Kami mengalami kondisi seperti ini sudah puluhan tahun. Hasil panen kami pun tak bisa menutup modal tanam yang telah kami keluarkan,” tutur Abdul Kamid, Senin, 15 Januari 2024.
Menurutnya, hujan yang masih jarang terjadi tak banyak membantu para petani di desa tersebut dan sekitarnya. Dia mengungkapkan, kesulitan yang sama tidak hanya dialami dia sendiri, tetapi juga dialami petani lain, yakni sekitar 100 orang petani.
Bahkan untuk mengairi benih yang telah ditaburkan, para petani harus melakukannya dengan tangki semprot yang biasanya digunakan untuk menyemprot hama. Abdul Khamid pun mengaku sudah mengadukan kondisi tersebut ke pemerintah desa. Namun usulan para petani itu tak pernah dihiraukan.
“Saya sudah mengadu ke desa tapi tidak direspons, seolah-olah mereka tak menghiraukan. Sedangkan saat menarik uang pajak petani semangat, padahal petani tidak dapat untung apaapa,” terangnya.
Sementara, saat dikonfirmasi Kepala Desa Sedangsekucing Utomo, mengungkapkan karena petani engan berswadaya atau bergotong royong membeli bahan bakar (BBM). Oleh karena itu, petani kesulitan mendapatkan air.
“Petani tidak mau urunan bagaimana mesinya bisa berjalan mas untuk beli BBM solar,” terang Utomo kepada Lingkar.
Utomo menuturkan, jika pateni tidak menginginkan kesulitan air, ia berharap supaya petani sepakat bergotong royong guna pembelian BBM.
“Kalau mau bareng-bareng gotong royong kemungkinan bisa diatasi,” pungkasnya. (Lingkar Network | Robinson – Lingkarjateng.id)