PURWOKERTO, Lingkar.news – Sektor perikanan budi daya di wilayah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah mulai terdampak kekeringan pada musim kemarau 2023 yang dibarengi dengan El Nino. Hal ini diungkap Dinas Perikanan dan Peternakan (Dinkannak) Kabupaten Banyumas, Selasa, 15 Agustus 2023.
“Jadi, dampak kekeringan pada bulan Agustus mulai terasa khususnya untuk yang menggunakan sumber air irigasi. Proses budi daya terganggu karena berkurangnya debit air,” kata Kepala Bidang Perikanan Budi Daya Dinkannak Kabupaten Banyumas Irma Sufitri Nurhayati di Purwokerto, Banyumas.
Menurut dia, kolam-kolam ikan yang menggunakan sumber air dari saluran irigasi itu rata-rata berada di wilayah selatan Banyumas.
Kendati demikian, dia belum mengetahui secara pasti luasan kolam ikan yang terdampak kekeringan karena masih dalam proses pendataan.
“Kalau kolam-kolam ikan yang ada di wilayah utara atau ‘sabuk’ Gunung Slamet, karena di situ airnya banyak,” jelasnya.
Lebih lanjut, dia mengakui ketersediaan air pada musim kemarau sering kali menjadi kendala yang dihadapi oleh para pembudi daya ikan.
Selain ketersediaan airnya berkurang, kata dia, perubahan suhu yang signifikan juga berdampak terhadap kesehatan ikan yang dibudidayakan.
Terkait dengan hal itu, dia mengatakan pihaknya mengoptimalkan peran Pos Pelayanan Kesehatan Ikan Terpadu dalam rangka mengantisipasi dampak musim kemarau terhadap perikanan budi daya.
“Kami sudah menyampaikan secara langsung, melalui WA Group, atau website mengenai hal-hal yang harus diantisipasi oleh para pembudi daya jika musim kering akan tiba terutama dari sisi climate,” katanya.
Menurut dia, hal itu disebabkan suhu udara saat musim kemarau biasanya terasa sangat dingin pada malam hari dan sangat panas pada siang hari, sehingga rentan terhadap ikan karena dapat mengakibatkan kematian.
Dalam hal ini, kata dia, ikan pada suhu yang dingin biasanya nafsu makannya berkurang sehingga akan berdampak terhadap pertumbuhan.
Selain masalah perubahan suhu, kata dia, pembudi daya juga diminta untuk mengantisipasi dampak berkurangnya debit air.
“Kita imbau para pembudi daya untuk melaksanakan beberapa pencegahan atau antisipasi, misalnya kalau nanti air sudah sangat berkurang, mungkin pemilihan komoditas perlu dipertimbangkan,” tegasnya.
Dalam hal ini, kata dia, pembudi daya diimbau untuk memilih komoditas ikan yang lebih tahan terhadap kondisi air yang seadanya. Selain itu, lanjut dia, pembudi daya juga bisa mengurangi jumlah bibit ikan yang ditebar di kolam.
“Misalnya, kalau bisanya ikan nila sebanyak 15-20 ekor per meter persegi, itu dikurangi. Jadi intinya tetap melakukan budi daya tetapi agak santai,” jelas Irma. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)