BATANG, Lingkar.news – Kicau mania tersebar merata dari berbagai kalangan, mulai dari pejabat, seniman, akademisi, rakyat biasa, hingga orang tua dan anak muda.
Seperti halnya Muhammad Hanif Afdlolurrohman, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Batang dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), menggemari burung berkicau sejak lulus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Baginya, memelihara burung membuat suasana hati senang, tenang, dan menimbulkan kepuasan batin.
“Mendengar suara kicau burung pagi hari itu, bikin suasana hati tenang. Pokoknya bikin rileks,” tutur Hanif sapaan akrabnya.
Hanif mengungkapkan, memelihara burung di era sekarang tak hanya menjadi sebuah hobi. Apalagi dengan adanya tren burung kicau, industri burung ternyata banyak membawa manfaat untuk perekonomian masyarakat. Tak sedikit pencinta burung yang betul-betul menjadikan penangkaran burung sebagai industri.
“Hobi ini potensinya luar biasa karena banyak melahirkan pekerjaan. Ada penjual pakan dan obat-obatannya, perajin kandangnya, ada juga lomba-lomba burung berkicau, dan penangkaran yang hasilnya cukup lumayan,” ungkap pria yang memiliki rambut panjang ini.
Ditanya jenis burung yang yang menjadi favoritnya, ayah dua orang anak ini mengaku menyukai dua jenis burung kicau yakni, cucak ijo dan murai batu.
Hal ini bisa di lihat dari ratusan piagam lomba burung kicau yang banyak di dominasi oleh kedua burung tersebut, namun padatnya agenda kerja di DPRD Batang memaksanya harus menahan diri.
“Kalau dulu ikut kontes sampai ke luar Jawa Tengah, sekarang nggak bisa lagi. Paling ikut event lokalan saja,” terang pria kelahiran 21 Agustus 1989 ini.
Bukan rahasia umum lagi harga burung berkicau di pasaran mahal, apalagi kalau sudah pernah menjadi juara dalam suatu lomba harganya pun fantastis, mulai dari jutaan hingga ratusan juta bahkan ada yang mencapai miliyaran rupiah.
Meski begitu, dirinya justru memilih membeli burung bahan dan juga merawat burung hasil penangkarannya.
“Alasannya sepele, burung yang juara harganya pasti mahal bisa puluhan atau ratusan juta, bahkan ada yang sampai miliyaran rupiah. Tapi kalau sudah hobi tak bisa diukur dengan uang,” jelas Hanif.
Tak hanya soal nilai ekonomi saja. Menurutnya, hobi kicau mania juga dapat menyambung tali silaturrahmi dan menambah teman baru.
Sebagai Anngota DPRD, hal ini juga ia manfaatkan untuk lebih dekat kemasyarakat dan mendengarkan persoalan – persoalan di tengah masyarakat.
“Seperti pribahasa, sambil menyelam minum air dan juga tetap membumi tanpa memandang golongan dan status agar masyarakat lebih dekat dengan kita,” imbuhnya.
Ia mengakui bahwa, memelihara burung bakalan (usia muda) tidaklah mudah, karena memerlukan kesabaran dan perawatan. Mulai dari pakan, kandang, dan konsistensi.
Jika ingin menjadikan burung berkicau tentu harus ada asupan khusus, ibaratnya seperti pelatih melatih atlet untuk diturunkan ke ajang lomba.
“Memelihara dari kecil sampai menjadi juara menjadi kepuasan batin tersendiri,” pungkasnya. (Lingkar Network | Muslichul Basid – Lingkar.news)