SEMARANG, Lingkar.news – Dokter spesialis bedah saraf sekaligus Guru Besar Kedokteran Undip, Zainal Muttaqin diberhentikan sebagai dokter di RS Umum Pusat Dr Kariadi Semarang, Jawa Tengah. Pemberhentian Zainal Muttaqin melalui surat per tanggal 5 April yang ditandatangani oleh Direktur Utama RS Kariadi Semarang Farichah Hanum.
Dokter Zainal menduga pemberhentian tersebut akibat tulisan-tulisannya yang bernada kritikan yang ditujukan kepada Menteri Kesehatan Budi Gunadi terkait penyusunan Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan.
Atas kritik yang disampaikan tersebut, pada tanggal 1 April ia menjalani sidang etik dan komite medik rumah sakit. Namun, dalam sidang etik tersebut tidak ditemukan pelanggaran etik sama sekali.
“Tanggal 4 April Dirjen datang ke RS, dan tanggal 5 April surat itu keluar, berlaku mulai tanggal 6 April. Semua orang di Kariadi bisa jadi saksi staf bedah saraf,” kata Dokter Zainal.
Menurutnya, Dirjen Yankes yang datang ke Semarang bertujuan untuk memaksa Dirut RS Kariadi menyingkirkan dirinya.
“Ini memang gara-gara tulisan-tulisan saya saja. Dirjen Yankes datang ke Semarang. Dia memaksa Dirut RS Kariadi untuk menyingkirkan saya atau dia yang akan dipecat. Sehingga saya terima surat pemberhentian karena saya juga menolak agar tulisan-tulisan saya disensor oleh RS sebelum dipublikasikan,” jelas Zainal.
Sementara, Ketua IDI Jateng Djoko Handojo mengatakan, akan memberikan pendampingan hukum melalui Bidang Hukum Pembelaan dan Pembinaan Anggota (BPHP2A) IDI.
“Sesuai peraturan organisasi profesi PB IDI karena beliau (Prof. Zainal) adalah anggota IDI,” ungkapnya
Meski begitu, ia meminta permasalahan pemberhentian Zainal Muttaqin dari RSUP Dr Kariadi tidak diperlebar dan dibesar-besarkan.
“Kami menjaga agar situasi tetap kondusif,” ungkapnya.
Ia mengatakan, masalah ini semestinya dapat didiskusikan secara kekeluargaan terlebih dahulu oleh semua pihak yang terlibat.
“Beliau bukan hanya sejawat kami, tetapi juga Guru Besar dan Dokter Spesialis Bedah Saraf yang pengorbanannya sangat besar dalam menangani pasien-pasien yang membutuhkan bantuan operasi saraf selama masa kritis pandemi Covid-19 lalu,” ujarnya.
Ia mendesak pemerintah tidak boleh melupakan pengorbanan para dokter dan semua tenaga kesehatan dalam penanganan pandemi Covid-19.
“Kita semua pernah bersama-sama bahu membahu hingga bisa mencapai situasi seperti sekarang. Janganlah jasa-jasa beliau dan juga tenaga kesehatan lainnya juga organisasi profesi dilupakan, hanya karena kritik yang bertujuan agar pemerintah kita menjadi lebih baik lagi,” katanya. (Lingkar Network | Adimungkas – Koran Lingkar)