JEPARA, Lingkar.news – Cuaca Ekstrem di Pulau Karimunjawa, Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, mempunyai dampak yang besar. Kondisi warga Karimunjawa saat ini cukup berada dalam kesulitan.
Berikut ini beberapa dampak buruk yang diakibatkan oleh cuaca ekstrem di Karimunjawa, yaitu:
1. Ratusan wisatawan terjebak di Karimunjawa
Sebelumnya, ratusan wisatawan terjebak di Karimunjawa selama beberapa hari, karena kapal penumpang tidak bisa beroperasi sesuai jadwal, menyusul tingginya ombak atau gelombang laut.
Kini, ratusan wisatawan tersebut telah dievakuasi dan diangkut oleh KM Kelimutu milik PT Pelayaran Nasional Indonesia.
Diketahui, total wisatawan yang dievakuasi sebanyak 500 orang yang terdiri atas 451 wisatawan lokal dan 49 wisatawan asing.
Mereka telah tiba dengan selamat di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, pada Rabu, 28 Desember 2022 sekitar pukul 05.05 WIB.
2. BBM kosong
Permasalahan saat ini yang dihadapi warga Karimunjawa salah satunya adalah kosongnya stok BBM.
Warga Karimunjawa sendiri merasakan stok Pertalite menipis sejak Kamis, 23 Desember 2022. Sedangkan pada Minggu, 26 Desember 2022, telah benar-benar habis.
Habisnya stok Pertalite di Kecamatan Karimunjawa, disebabkan karena memasuki musim baratan yang ditandai dengan gelombang tinggi di laut.
Kondisi ini, mengakibatkan penghentian semua aktivitas di laut karena tidak aman.
Bahkan aktivitas penyeberangan ke Pulau Karimunjawa mulai terhenti sejak Kamis, 23 Desember 2022 karena cuaca laut tidak mendukung.
Sementara itu, PT Pertamina hingga kini belum bisa mengirimkan pasokan BBM jenis Pertalite maupun Biosolar, menyusul cuaca yang belum mendukung karena gelombang tinggi.
“Rencananya Pertalite yang hendak kami kirim sebanyak 40 kiloliter dan Biosolar sebanyak 95 kiloliter,” kata Area Manager Communication, Relations, and Corporate Social Responsibility (CSR) Regional Jawa Bagian Tengah, PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho di Jepara.
Bahkan, kata dia, kapal sudah memuat kedua jenis BBM tersebut dan siap berlayar dari Semarang menuju SPBU Karimunjawa.
Hanya saja, imbuh dia, pengiriman BBM jenis Pertalite dan Biosolar masih menunggu cuaca membaik, sedangkan cuaca hari ini, pada Kamis, 29 Desember 2022 belum mendukung pengiriman ke Karimunjawa.
3. Harga bahan pokok melonjak tajam
Cuaca buruk di laut Jawa berimbas pada penghentian aktivitas pelayaran Jepara – Karimunjawa atau sebaliknya. Kondisi tersebut ikut mempengaruhi harga bahan pokok di Karimunjawa.
Selama sepekan ini KMP Siginjai dan kapal cepat Express Bahari tidak melakukan penyeberangan karena faktor cuaca. Faktor ini pula yang membuat harga beberapa bahan pokok melambung.
Salah satu Warga Desa Karimunjawa, Fahrul Alim menjelaskan, kesulitan warga saat musim angin baratan bukan pada kehabisan stok logistik pangan.
Pasalnya, warga Karimunjawa sudah terbiasa dengan musim tersebut. Sehingga jauh-jauh sudah menyiapkan stok pangan.
“Yang tidak bisa dihindari, kenaikan harga bahan pokok saat seperti ini,” ujar Fahrul Alim.
Diketahui, harga cabai kini telah menembus Rp 200 ribu. Sementara harga telur juga naik kisaran Rp 45-50 ribu.
Harga tersebut jauh di atas harga normal di pasaran. Sebagai perbandingan, harga telur di pasar Jepara, perkilo dijual Rp 28 ribu. Dengan demikian, harga telur di Karimunjawa hampir dua kali lipat dari harga normal.
4. LPG 3 kg langka
Stok LPG 3 kg di beberapa tempat pengecer maupun agen-agen di Karimunjawa kini langka.
Kondisi tersebut diungkapkan oleh Anita Leandra (34) warga Kampung Bugis, Desa Kemujan, Karimunjawa, Jepara.
“Banyak yang mencari pertalite berapapun harganya tak jadi soal asal ada. Belum lagi LPG 3 kg yang mulai sulit ditemukan. Semoga saja tidak bernasib sama dengan pertalite,” keluhnya.
Berdasarkan prakiraan cuaca dari BMKG, perairan laut selatan Jawa Tengah pada hari ini Kamis, 29 Desember 2022 masih mengalami gelombang tinggi. (Lingkar Network | Lingkar.news)