KENDAL, Lingkarjateng.id – Warga Dusun Tapak Timur, Desa Kedunggading, Kecamatan Ringinarum, Kabupaten Kendal meminta agar dibuatkan jembatan penghubung desa menuju Kantor Pemerintahan Desa setempat. Pasalnya, untuk mengurus keperluan di balai desa itu warga terpaksa harus menempuh jalan memutar karena harus melewati empat desa lintas kecamatan.
Secara geografis, Dusun Tapak Timur terletak berhimpitan dengan Desa Triharjo dan Sojomerto Kecamatan Gemuh dan berada jauh terpisah dari dusun lainnya di Desa Kedunggading, Kecamatan Ringinarum.
Tak hanya itu, pihak Pemdes jugaharus menerobos jalan licin serta menyeberang sungai Blukar untuk memberikan pelayanan jemput bola kepada warga yang ada di Dusun Tapak Timur.
Kepala Desa Kedunggading, Budiyono mengatakan pihaknya sudah mengusulkan melalui Pemerintah Kabupaten agar dibuatkan jembatan penghubung sejak 2019 silam.
“Memang itu sudah diusulkan diperjuangkan lama, sudah lima hingga enam periode kepala desa. Jadi dulu sempat masuk di APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Kabupaten tahun 2019, hanya saja ada kendala tentang jalan kabupaten karena jalan itu masih jalan desa dan akhirnya tidak bisa dilaksanakan,” bebernya.
Menurutnya, jembatan ini sangat krusial untuk dibuat karena merupakan jalan alternatif penghubung tiga kecamatan yakni Kecamatan Patean, Gemuh dan Pegandon.
“Selain itu juga penting sebagai akses bagi warga untuk melakukan kegiatan tani ataupun anak-anak sekolah agar tidak perlu mutar lagi,” tambahnya.
Pihaknya berharap agar pemerintah bisa segera membantu membangunkan jembatan penghubung bagi warganya sehingga tidak perlu memutar jauh untuk keperluan ke Balai Desa Kedunggading maupun keperluan lainnya.
“Kalau pas posisi hujan harus memutar hingga 30 menit karena harus melewati empat desa lintas kecamatan. Kemudian kalau musim kemarau mereka masih bisa melewati sungai tentunya dengan medan yang tidak cukup bagus,” terangnya.
Sementara itu, salah seorang warga Dusun Tapak Timur, Budiyanto menuturkan bahwa selama ini untuk mengurus keperluan ke Balai Desa dirinya harus memutar. Terlebih saat musim penghujan ia bersama warga lainnya tidak bisa menyebrangi sungai Blukar karena debit air yang tinggi.
“Kita memang susah kalau ke Balai Desa karena jalannya harus muter melewati Desa Triharjo, Cempokomulyo, Galih dan Rowobranten. Kalau sedang kemarau bisa lewat sungai tapi kalau sungainya besar, ya, tidak bisa,” ungkapnya.
Ia berharap pembangunan infrastruktur berupa jembatan ini bisa segera diupayakan oleh pemerintah agar mempermudah akses warga setempat. (Lingkar Network | Arvian Maulana – Koran Lingkar)