PATI, Lingkar.news – Kades Sokopuluhan Sujani mengaku memang ada proyek jalan yang tengah dikerjakan di desa yang ia pimpin. Namun, soal masih banyaknya warga yang tahu titik mana saja yang akan diperbaiki dan bersumber dari mana anggaran yang digunakan, menurut Sujani hal itu karena dia tak menggelar rapat secara formal.
Pihaknya mengaku, untuk rapat desa terkait pembangunan infrastruktur jalan, seringnya dilakukan secara informal.
“Kalau rapat itu kan biasanya warga klumpuk-klumpuk (kumpul-kumpul). Klumpuk-klumpuk kerja bakti. Nah di situ tetap diajukan. Istilahnya tidak formal, tapi wong akeh (orang banyak). Wong kerja bakti. Iki sesok ndang diajukno (Ini besok segera diajukan). Kan gitu, terangnya saat dikonfirmasi Lingkar, Kamis, 3 Agustus 2023.
Kisruh Proyek Jalan Sokopuluhan, Joni Kurnianto: Ini Zaman Keterbukaan Publik
Ditanya mengapa pihak desa tidak memasang papan pengerjaan proyek, selaku Kades, ia mengaku tak tahu. Menurutnya, semua pengerjaan jalan memang seharusnya ada papan pengumuman.
“Ya ndak tahu, seharusnya memang ada,” jawabnya.
Terkait keluhan warga mengenai masih banyaknya jalan rusak yang belum diperbaiki, sementara jalan sudah baik dengan kondisi cor-coran justru dilapisi aspal tipis, Sujani mengaku bahwa itu karena warga tidak tahu kondisi jalan yang sebenarnya.
“Warga kan nggak tahu ya Mbak ya, jalan itu kan asalnya rusak. Sudah diperbaiki, ya gotong royong, ya swadaya masyarakat, yang memperbaiki juga masyarakat,” terangnya.
Ditanya soal RAB Proyek Jalan Sokopuluhan, Pj Bupati Henggar: Itu Internal!
Menurutnya, pengaspalan jalan semula ditujukan untuk jalan rusak. Namun karena ada kelebihan volume, aspal kemudian digunakan menambal jalan yang sudah dicor.
“Jadi masih satu jalur gitu, masih satu lokasi. Ya nggak masalah, wong itu untuk pelebaran jalan,” terangnya.
Untuk proyek pengaspalan jalan itu sendiri, menurut Sujani bersumber dari dana aspirasi sebesar Rp 150 juta.
Kritik Pembangunan Jalan, Warga Sokopuluhan Pucakwangi Kena Bogem Mentah
Sementara itu, terkait aksi pemukulan yang dilakukan salah satu perangkat desanya, Sujani menilai hal itu bukanlah masalah besar. Karena yang terlibat dalam baku hantam masih memiliki hubungan kekerabatan.
“Yang jelas ya, saya sendiri nggak lihat waktu itu. Yang jelas nggak pa-pa, masih saudara sendiri, gitu,” katanya.
Sementara itu, berdasarkan pernyataan warga Desa Sokopuluhan, Ahmad Suyuti, warga hampir tak pernah dilibatkan dalam musyawarah soal pembangunan.
“Nggak ada rapat. Warga nggak pernah diajak rembugan,” tuturnya.
Karena itu, lanjutnya, banyak warga yang kaget ketika jalan yang masih dalam keadaan baik justru hendak diaspal tipis. Warga berharap, pemerintah desa bisa memperbaiki jalan yang rusak agar pembangunan merata.
“Itu ‘kan namanya mau ngerusak. Orang jalan sudah dicor kuat, kok malah dilapisi aspal tipis. Itu kan permainan. Kenapa tidak digunakan untuk memperbaiki jalan yang rusak. Padahal masih banyak jalan rusak di desa ini,” tuturnya. (Lingkar Network | Koran Lingkar)